PEROLEHAN ASSET TETAP YANG DIBANGUN SENDIRI

Asset Tetap bisa diperoleh dengan bermacam cara,beberapa diantaranya ialah: dibeli secara Tunai, dicicil (kontrak jangka panjang), pertukaran, dibangun sendiri maupun dengan saham. Pada artikel ini akan menjelaskan bagaimana mendapatkan perolehan Asset yang dibangun sendiri.

Pada dasarnya, perolehan Asset tetap yang dibangun sendiri terbagi menjadi dua proses, pertama dibangun menggunakan jasa kontraktor (istilahnya diborongkan) ,kedua dibangun sendiri, tidak diborongkan kepada pihak lain. Jika perolehan Asset tetap diborongkan kepada pihak lain, maka harga perolehan Asset tetap tersebut diakui sebesar nilai kontraknya, sesuai kontrak dengan kontraktor yang mengerjakan proyeknya. Jika dibangun sendiri, maka harga perolehan Asset tetap diakui sebesar seluruh pengeluaran atas pembangunan Asset tersebut. Pada saat pembangunan tanpa pihak ketiga perusahaan harus mengalikasikan seluruh biaya yang dikeluarkan meliputi biaya (bahan, tenaga kerja dan overhead) yang berkaitan dengan pembangunan tersebut. Biaya overhead biasanya seperti listrik, asuransi, peraltan pabrik dan pengawas pabrik. Cara yang boleh dipilih dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik diantaranya:

  1. Tidak mengalikasikan overhead pada biaya pembangunan
  2. Mengalokasikan atas dasar produksi yang hilang
  3. Mengalokasikan sebagian overhead pada biaya pembangunan
  4. Asset tetap yang dibangun dengan dana dari pinjaman.

Untuk situasi ini, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu perlakuan biaya pinjaman selama pembangunan. Perhitungan biaya pinjaman saat pembangunan dalam mengakuisisi Asset tetap boleh menggunakan beberapa cara alternative seperti:

  1. Tidak mengkapitalisasi biaya pinjaman selama pembangunan.
  2. Membebankan pembangunan dengan semua biaya dana yang digunakan , baik yang bisa diidentifikasi maupun yang tidak.
  3. Mengkapitalisasi hanya biaya pinjaman sebenarnya terjadi hanya selama pembangunan.

Dalam perolehan Asset tetap yang dibangun sendiri menurut Triwahyuni dan Juan adalah nilai yang dapat diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan bergantung pada proses pengerjaannya. Apabila dikerjakan secara swakelola oleh unit biaya yang diakui meliputi:

  1. Biaya yang secara langsung berhubungan dengan pengerjaan konstruksi dalam pengerjaan tersebut meliputi: biaya pengerjaan lapangan, biaya bahan, biaya penyewaan peralatan, biaaya pemindahaan peralatan, biaya rancangan, dan bantuan teknis yang berhubungan dengan proses konstruksi.
  2. Biaya lain yang dapat diatribusikan ke dalam kegiatan pembanguna, meliputi asuransi, biaya perjalannan dinas, biaya rapat, biaya ATK, dan lain- lain.
  3. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan biaya pinjaman.
  4. Biaya lain yang secara kusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan.

Apabila konstruksi dalam pengerjaannya dikerjakan oleh pihak ketiga, biaya yang diakui meliputi:

  1. Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor terkait tingkat penyelesaian pekerjaan.
  2. Kewajiban yang masih harus dibayarkan kepada kontraktor terkait pekerjaan yang sudah diterima namun belum dilakukan pembayaran pada tanggal pelaporan
  3. Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga terkait pelaksanaan kontark konstruksi
  4. Biaya pinjaman apabila pembangunan tersebut dibiayai dengan dana pinjaman.

Pada saat pembangunan konstruksi tersebut selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya, nilai yang tercatat dalam konstruksi harus dipindahkan ke Asset tetap yang bersangkutan.

Dalam perolehan Asset tetap yang dibangun sendiri seringkali terjadi kesalahan pengimputan dikarenakan, pada waktu yang sama perusahaan juga sedang beroperasi, sedang melakukan aktivitas produksi, yang juga banyak terjadi pengeluaran biaya di site pembangunan yang searea, pengeluaran bisa campur aduk antara biaya operasional produksi dengan biaya pembangunan gedung.

Pengeluaran yang terjadi selama masa pembangunan sama saja dengan pengeluaran-pengeluaran proses produksi di perusahaan, yang terdiri dari 4 kelompok pengeluaran besar :

  • Bahan langsung (material)
  • Upah langsung (direct labour)
  • Biaya Tak langsung (overhead)
  • Biaya operasional (expenses)

Untuk pengeluaran Biaya tak Langsung dan Biaya Operasional agak sulit untuk dipisahkan karena, hampir pasti perusahaan akan memakai sumber daya yang sama untuk post pengeluaran ini. Contohnya: penggunaan air, pemakaian telepon, pemakaian listrik, transportasi, biaya satpam, peralatan tertentu, atau bahkan menugaskan karyawan/staf khusus yang bekerja dioperasional perusahaan juga bertugas mengawasi proyek pembangunan Asset tetap. Termasuk akuntan (staff accounting), selain menghandle keuangan dan pembukuan perusahaan yang sedang beroperasi juga harus membukukan semua transaksi yang muncul akibat proses pembangunan Asset juga.

Untuk itu akuntan menggunakan INCREMENTAL METHOD untuk membedakan pembukuannya yaitu dengan cara membandingkan selisih overhead cost antara overhead/expenses sebelum dan sesudah adanya kontruksi pembangunan Asset.